Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Sejarah » Sejarah Perumusan atau Pembuatan Teks Proklamasi

Sejarah Perumusan atau Pembuatan Teks Proklamasi

2 min read

Setelah sebelumnya dibahas pengenai Perbedaan Pendapat dan Penculikan Ir. Soekarno – Moh. Hatta, kali ini dibahas mengenai Perumusan Teks Proklamasi Hingga Pagi – Rombongan tiba di Jakarta pada pukul 23.3. waktu Jawa. Setelah Soekarno dan Hatta singgah di rumah masing-masing rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta (sekarang perpustakaan Nasional). Hal itu disebabkan Laksamana Tadashi telah menyampaikan kepada Ahmad Soebardjo 9sebagai salah satu pekerja di kantor Laksamana Maeda) bahwa ia akan menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.

Sebelum mereka memulai merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Soekarno dan Hatta menemui Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi sikapnya mengenai Proklamasi Kerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penerjemah.

Pertemuan itu tidak mencapai kata sepakat. Nishimura menegaskan garis kebijakan Panglima Tentara Keenambelas di Jawa adalah “dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi merubah status quo (status politik Indonesia). Sejak tengah hari sebelumnya tentara Jepang semata-mata sudah merupakan alat sekutu dan diharuskan tunduk kepada sekutu”.

Berdasarkan garis kebijakan itu Nishimura melarang Soekarno-Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi kemerdekaan. Sampailah Soekarno-Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Akhirnya mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat Indonesia sendiri. Maka mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda.

Sebagai tuan rumah Maeda mengundurkan diri ke lantai dua. Sedangkan di ruang makan, naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh golongan tua, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo. Peristiwa ini disaksikan oleh Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura, bersama dengan tiga orang tokoh pemuda lainnya, yaitu: Sukarmi, Mbah Diro dan B.M. Diah. Sementara itu tokoh lainnya, baik dari golongan muda maupun golongan tua menunggu di serambi muka.

Ir. Soekarno yang menuliskan konsep naskah proklamasi, sedangkan Drs. Moh Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari naskah proklamasi merupakan saran dari Mr. Soebardjo yang diambil ddari rumusan BPUPKI. Sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs. Moh Hatta. Hal itu disebabkan menurut beliau perlu adanya tambahan pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty).

Pada pukul 04.30 waktu Jawa konsep naskah proklamasi selesai disusun. Selanjutnya mereka menuju ke serambi muka menemui pada hadirin yang menunggu. Ir. Soekarno memulai membuka pertemuan dengan membacakan naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Ir. Soekarno meminta kepada semua hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Pendapat itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh naskah “Declarations of Indepedence” dari Amerika Serikat.

Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda. Karena mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir adalah “budak-budak” Jepang. Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh golongan muda, mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Soekarno-Hataa atas nama bangsa Indonesia.

Setelah usulan Sukarni itu disetujui, maka Ir. Soekarno meminta kepada Sajuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan Soekarno tersebut, dengan disertai perubahan-perubahan yang telah disepakati. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah ketikan Sajuti Melik, yaitu: kata “tempoh” diganti “tempo”, sedangkan kata “wakil-wakil bangsa Indonesia: diganti dengan “Atas nama bangsa Indonesia”.

Perubahan juga dilakukan dalam cara menuliskan tanggal, yaitu “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ’05”. Shingga naskah proklamasi ketikan Sajuti Melik itu menjadi sebagai berikut:

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan
         tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ’05

                                       Atas nama bangsa Indonesia,

                                       Soekarno/Hatta

Selanjutnya timbul persoalan di manakah proklamasi akan diselenggarakan. Sukarmi mengusulkan bahawa Lapangan Ikada (Sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional) telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi. Namun Ir. Soekarno mengganggap lapangan Ikada adalah salah satu lapangan umum yang dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang. Oleh karena itu Bung Karno mengusulkan agar upacara proklamasi dilaksanakan di rumahnya, di jalan Pegangsaan Timur No. 56 dan disetujui para hadirin. Baca: Shttps://www.freedomsiana.id/2017/01/sejarah-pembacaan-proklamasi.html

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *