Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

Home » Agama » PKN » Makna Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis Dalam Islam

Makna Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis Dalam Islam

1 min read

Berpikir adalah fungsi akal. Dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk memehami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah Allah Swt. Dengan berpikir, manusia mengenai Allah Swt. dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, berpikir adalah awal perjalanan ibadah yang tanpa-Nya ibadah menjadi tak bernilai.

Jika berkaitan dengan ibadah sudah ada ketentuan yang terperinci dari Allah Swt. Adapun dalam kehidupan ini banyak sekali masalah yang kita hadapi selain ibadah. Berpikir bisa dibedakan menjadi beberapa golongan, salah satu diantaranya adalah berpikir kritis, selain itu berpikir kritis juga harus dibarengi dengan sikap yang baik. Untuk sikap yang paling baik adalah bersikap demokratis,berikut masing-masing penjelasannya.

Makna Berpikir Kritis

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial, budaya, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan pada diri sendri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikp kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang dikritisi.

Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah dilakukan dengan damai bukan kekerasan.

Makna Sikap Demokratis

Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rkyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein atau cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Adapun secara terminologis, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut.

Dengan demikian, makna demokratis sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam hal kebijakan negara karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Maka, negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari segi organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Dalam agama Islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang Islam hanya mengenal kebebasan (al-hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi semenjak zaman Nabi Muhammad saw., termasuk di dalamnya kebebasan memilih pemimpin, mengelola negara secara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritik penguasa, dan kebebasan berpendapat. Basis empiriknya, demokrasi dan agama memiliki perbedaan yang mendasar. Demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran filosofi manusia, sedangkan agam berasal dari wahyu. Meskipun keduanya dikatakan berbeda dalam basis empirik, dalam kaitan berbasis dialektis agama dapat memberikan dukungan positif terhadap demokrasi sendiri dapat memberikan peluang bagi proses pendewasaan kehidupan bernegara.

Dukungan positif yang diberikan bukan berarti mutlak bahwa semua menurut demokrasi adalah benar. Islam juga mencerminkan demokrasi, tetapi Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Piagam Madinah yang dimunculkan oleh Nabi Muhammad saw. dan umat Islam di Madinah merupakan konsep pertama di dalam dunia Islam mengenai demokrasi. Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, kemudian melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, Islam sebenarnya identik dengan demokrasi, tetapi demokrasi dalam Islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yang dicetuskan.

Mas Pur Seorang freelance yang suka membagikan informasi, bukan hanya untuk mayoritas tapi juga untuk minoritas. Hwhw!

One Reply to “Makna Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis Dalam Islam”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *